EXO Fanfiction Dorm

EXO as the Main Cast

[Freelance] Second Heart – Oneshoot

4 Comments

Tittle    : Second Heart

Author : mey27

Genre  : romance-sad

Cast     : Oh sehun , Kim Sojin

Lenght : OneShot

Ratting            : Universal

 

Ff ini pernah di share di blog pribadi aku.

Give me always support.

Rcl are loved guys. So, comment juseyo

Real storyline from mey27©

Typos every where

Happy read beloved^^

 

***

 

Summary-

“oppa, jebal jadikan aku yang kedua. Aku sangat mencintaimu oppa”

“kau yakin soojin-ah?”

“yakin”

 

***

Soojin side-

Aku hanya menatap bosan sekelompok namja yang sedang bermain basket di tengah lapangan oranye itu. Dan teriakan beberapa yeoja yang sangat mengganggu telingaku mambuatku tambah merasa bosan. Mengapa para yeoja itu meneriakan nama-nama namja yang sedang bermain basket itu, apakah salah satu pemain basket itu adalah namjachingu-nya? Ah tak usah dipusingkan soojin-ah, batinku. Urusi saja masalah percintaanmu.

Benar sekali, urusan percitaanku memang sama sekali tak mulus. Memang benar selama kurang lebih satu tahun aku dekat dengan seorang namja, sangat dekat bahkan. Tapi aku dengan namja itu tidak pernah menunjukan kedekatan kami sama sekali di mata umum. Kami bukan tanpa alasan seperti itu, karena namja itu sudah memiliki kekasih. Ya, memiliki kekasih. Aku seorang perusak hubungan orang? Hm bisa di bilang seperti itu, bisa juga tidak. Bahkan sampai saat ini aku tak berpacaran dengan namja itu, hanya sebatas teman. Ya teman. Sangat dekat. Bisakah aku disebut sebagai yeoja perusak hubungan orang lain? Terserah kalian mau menyebutku apa. Yang jelas aku sudah dibutakan dengan cintanya namja itu. Aku sungguh mencintainya.

Yang membuatku bisa menjadi dekat dengan sehun oppa-namja tadi- karena aku mengikuti club olahraga softball di sekolahku, karena sehun oppa adalah seniorku di sekolah kami, maka dari itu sehun oppa memberikan pembelajaran kepada para juniornya yang baru masuk, dan aku salah satunya yang dapat di ajarkan olehnya. Sedangkan kim minji-yeoja chingu sehun oppa- yang satu angkatan dengan sehun oppa dan ia juga mengajarkan pembelajaran tentang softball kepada juniornya yang lain.

Dan ternyata disaat mulai menyukai sehun oppa, sehun oppa dan minji eonni juga sedang dekat, dan setelah mereka menjadi dekat beberapa bulan kemudian mereka sudah menjadi sepasang kekasih. Aku sempat terpuruk karena itu, dan sempat aku tidak menghadiri beberapa kali pertemuan klub softball, tetapi ternyata malah membuatku semakin tersiksa. Dan ku putuskan untuk tidak menjadi seorang pengecut. Kerena sekolahku akan mengikuti olimpiade softball antar beberapa sekolah menengah yang ada di seoul, membuatku dan sehun oppa menjadi semakin intens untuk bertemu. Dan disaat itulah rasa itu semakin berkembang.

Sehun oppa pernah bercerita bahwa sebenarnya ia sudah bosan dengan minji eonni karena ada beberapa sifat minji eonni yang mebuat sehun oppa tidak nyaman. Padahal meraka sudah berpacaran selama kurang lebih setahun, dan selama setahun itulah aku menjadi bisa dibilang simpanan sehun oppa.

Dan aku pernah bertanya mengapa ia tidak memutuskan minji eonni, dan jawabanya sangat membuatku sakit. Alasannya karena sehun oppa tidak tega untuk memutuskan minji eonni, dan karena sehun oppa masih mencintai minji eonni. Tapi mengapa sehun oppa mengatakan bahwa ia telah bosan? Membingungkan.

Sebentar lagi anggota klub softball akan berkumpul. Pastinya juga akan ada sehun oppa dan minji eonni, terkadang mereka menunjukan kedekatan mereka di depan umum yang secara tidak langsung sangat menyakiti hatiku, sangat. Tapi mau bagaimana lagi, aku sama sekali tak berhak untuk marah dengan sehun oppa, sehun oppa pasti tak menganggapku lebih. Aku akan menyiapkan hati yang tegar dari sekarang, kau harus kuat soojin-ah.

Ku lajukan kakiku melewati koridor sekolahku yang sedang ramai oleh beberapa pasangan yang sedang di mabuk kasmaran, yang lainnya hanya sedang memakan bekal makan siang mereka. Mereka benar-benar membuatku iri. Aku hanya berjalan sembari menunduk, ku belokan jalanku menuju gedung olahraga in-door yang ada di sekolahku, saat aku baru saja memasuki gedung tersebut terlihat pasangan yang sebenarnya sama sekali tak ingin aku lihat, sehun oppa dan minji eonni. Dan tanpa sengaja aku melihat kegiatan apa yang mereka kerjakan dari ekor mataku, minji eonni sedang menyuapkan bekal makan siangnya untuk sehun oppa. Dan aku mendengar dengan jelas gelak tawa meraka. Sakit.

Aku berjalan sambil meremas kuat dadaku yang sama sekali tidak sakit, tetapi nyeri di dalamnya. Ku beranikan diriku untuk melirik kearah mereka, dan ternyata pandanganku dengan sehun oppa bertemu. Segera kupalingkan wajahku, aku takut sehun oppa melihat mataku yang sudah memerah. Untung aku sudah menahannya, kalau tidak airmataku sudah turun sejak tadi.

Aku masuk ke ruang ganti pakaian yang ada di dalam gedung ini, dan berjalan ke arah loker yang bertuliskan namaku-kim soojin-. Segeraku ganti pakaian seragamku dengan baju pemain softball. Sembari mengganti pakaian, aku juga berusana menghentingkan tangisku, akar saat aku keluar tidak ada yang curiga mengapa aku menangis. Aku berdiri di depan cermin sejenak, memperhatikan mataku yang untungnya tidak merah lagi. Mataku sudah kembali normal, tidak seperti orang yang habis menangis. Aku berjalan keluar dari ruang ganti ini, dan saat aku keluar terlihat beberapa temanku yang ternyata sudah berakaian seragam softball, entah mereka mengganti bajunya dimana. Mungkin hanya aku saja yang tidak memperhatikan mereka, karena memang benar perhatianku hanya kepada kedua pasangan yang sudah tidak menunjukan kemesraan mereka.

Lebih baik aku fokus dengan latihan hari ini karena tinggal beberapa bulan lagi olimpiade akan berlangsung.

 

***

 

Soojin side-

Latihan baru saja selesai 15 menit yang lalu, setelah mengganti pakaian tadi kuputuskan untuk kembali kekelas, aku sangat lelah. Masih ada satu mata pelajaran tambahan lagi yang harus kuikuti sebelum pulang sekolah. Jam istirahat yang tersisa tinggal 30 menit lagi. Aku ingin segera pulang, moodku berubah menjadi sangat buruk karena kejadin tadi.

Sebuah benda tipis berwarna putih di dala tasku bergetar, segera kucari benda yang sedari tadibergetar. Di layar itu bertuliskan nama seseorang yang sangat ku rindukan beberapa hari ini.

 

From : sehunie oppa

Jinie-ya cepat temui aku di taman belakang sebelum bel masuk berbunyi. Palliyo. Bogoshiposeo

 

Begitulah pesan singkat dari namja itu, dengan sedikit enggan aku bangkit dan berjaan menuju taman belakang sekolah kami yang memang jarang di kunjungi oleh siswa disini, entah mengapa. Padahal suasana taman belakang sangatlah sejuk. Dan itu merupakan keberuntungan untuk pasangan gelap sepertiku, karena taman belakang adalah tempat persembunyian untukku dan sehun oppa mengobrol tanpa diketahui orang lain. Sebenarnya aku juga sangat merindukanmu oppa. Aku tengah melewati koridor dengan terburu karena takut bel pelajaran berbunyi, sebentar lagi aku akan segera sampai di mana namja itu berada.

Ku-edarkan arah pandangku mencari seorang namja yang menungguku, dia berada tepat di bawah pohon yang lumayan rindang, ia tersenyum begitu hangat. Aku hanya dapat membalasnya juga dengan senyuman.

“oppa” sapaku. Sehun oppa segera menarik tanganku untuk mengajaku duduk di sampingnya. Tanpa ragu aku mendudukan tubuhku tepat disampingnya.

“soojin-ah kau terlihat sangat letih, apa kau berlari untuk keini?”tanyanya khawatir.

“ah, anio. Gwaenchana. Hanya berlari kecil” jawabku meyakinkannya.

Ia memberiku saputangan putih miliknya. Aku mengambilnya tanpa ragu dan segera mengelap keringatku yang bercucuran walaupun tidak terlalu deras di daerah pelipisku.

“waeyo oppa memanggilku oppa?”tanyaku lagi.

“Anio, hanya merindukanmu, apakah kau tak merindukanku? Sudah beberapa hari ini kan kita sama-sama sibuk hm?”

Aku hanya tersenyum mendengarnya. Aku mencintaimu oppa.

“nado oppa, ku kira ada suatu hal yang sangat penting” sehun oppa hanya terkikik pelan. Aku merasakan kehangatan di jemari tangan kananku yang teryata sedang di genggam olehnya.

“jinie-ya, mianhae” ucapnya memegag erat tanganku.

“mianhae? Untuk?” tanyaku tak mengerti, tapi aku memang tak mengerti maksud dari ucapannya.

“soal yang di gedung olahraga tadi. Jeongmal mianhae, aku tak bermaksud untuk melukai hatimu, aku benar- ” segera kupotong ucapannya sebelum ia menyelesaikan perkataannya.

“gwaencaha oppa, mengapa aku harus marah? Aku sama sekali tak ada hak untuk itu” ucapku lirih. Sebisa mungkin aku menahan tangisku, aku benar-benar cengeng.

Ia menarik kepalaku untuk bersandar di pundaknya.

“mianhae sopjin-ah aku selalu membuatmu menangis, menangislah jika kau ingin menangis. Agar kau lebih tenang” ucap sehun oppa.

Tak perlu kau suruh oppa, sedari tadi memang air mataku sudah mendesak untuk keluar. Aku menangis sesenggukan dipundaknya, dan menyebabkan kemeja sekolahnya sedikit basah karena airmataku.

Tangannya masih terus mengelus jemariku dan menyalurkan kehangatan. Semilir angin menambah suasana melankolis saat ini.

Tet..tet..tett..

Bel sudah berbunyi tiga kali pertanda jam pelajaran tambahan akan berlangsung sebentar lagi. Segera ku lepas genggaman tangannya. Dan kuhapus sisa air mataku.

“oppa, sudah masuk. Aku kembali kekelas dulu, ne? Sampai jumpa” pamitku.

Beru saja aku bangkit dan ingin berlari menginggalkannya. Ia menarikku kedalam pelukannya. Di bawah pohon yang sangat rindang.

“jangan sedih lagi ne, saranghae” ucapnya, aku hanya mengangguk dalam pelukannya. Ia melonggarkan pelukannya dan menarik wajahku yang sedari tadi menunduk.

Chu~

Ia mengecup puncak kepalaku singkat. Aku hanya tersenyum bahagia, hanya karena sebuah kecupanpun aku dapat luluh dibuatnya.

“palli, nanti kau telat” suruhnya. Aku tak menjawab ucapannya, hanya anggukan.

Aku segera berlari meninggalkan taman belakang itu. Menuju kelasku yang terletak tidak begitu jauh dari taman tadi.

Setelah sampai di depan kelasku, aku tersenyum lega. Ternyata jung sonsaeng belum datang. Aku memasuku kelasku, lalu langsung mendudukan tubuhku di kursi. Dan teman sebangkuku terlihat khawatir denganku karena nafasku yang tersenggal-senggal.

“soo-ah, gwaenchana? Kau dari mana? untung saja jung sonsaeng belum datang. Kalau sudah datang kau akan mati olehnya” cetus temanku, jung raena.

“gwaenchana raena-ya. Aku hanya lelah sehabis berlari karena ada urusan tadi”ucapku dan raena hanya bisa menggeleng pasrah.

 

Drtt..drtt..

Benda kotak tipis yang ada di saku rok-ku bergetar. Segera ku rogoh saku yang terdapat sumber getaran tadi. Sebuah pesan, kubuka.

 

 

From : sehunie oppa

Soo, nanti aku akan mengantarmu pulang, kau tunggu saja di depan sekolah. Aku akan segera datang. Hari ini minji akan melatih beberapa anggota softball yang masih kurang. Sampai ketemu. Saranghae

 

Begitulah pesan yang sehun oppa kirimkan untukku. Tidak munafik kalau aku sangat senang.

Sebuah tangan mengoyangkan pundak kiriku. Dan aku pun tersadar.

“kim soojin, mengapa kau tersenyum sendiri? Kau membuatku takut” tanya raena. Tawaku meledak karenanya.

“ah~ anio raena-ya. Kau yang membuatku takut” bela-ku. Kamipun tertawa bersama.

Lalu kuetik balasan pesan tadi.

 

To : sehunie oppa

Ne oppa. Nado saranghae

Sent!

 

***

 

Soojin side-

Bel berbunyi nyaring tiga kali, semua anak sibuk membereskan barang-barang yang mereka bawa. Semua sibuk dengan kegitan masing-masing. Termasuk aku, saat ini aku sedang memasukan buku pelajaran yang sedari tadi berada di atas meja. Senyumku tak henti memancarkan aura kebahagiaan yang sedang kualami. Saat jung sonsaeng mempersilahkan kami untuk keluar, aku segera pergi meninggalkan kelas.

Dan aku berjalan menuju tempat yang sehun oppa perintahkan untuk aku menunggunya, depan sekolah. Tepat di bawah pohon cemara yang cukup rindang aku menunggunya, ku perhatikan orang-orang yang berlalu-lalang melewatiku, aku tersenyum saat melihat beberapa pasangan yang sengaja pulang bersama saat pulang sekolah. Aku ingin sekali merasakannya. Sayang, aku tak memiliki setatus apapun dengan orang yang saat ini aku cintai. Ralat , sangat aku cintai.

Sibuk memperhatikan orang yang melintas dihadapanku, ternyata aku sudah menunggu sehun oppa hampir 15 menit lebih, dan kulihat awan merubah warnanya menjadi agak mendung. Tuhan, tolong jangan turunkan berkahmu saat ini, doaku. Semoga tuhan mendengar doaku untuk tidak menurunkan hujan saat ini. Aku mencoba berpikiran positif, mungkin saja sehun oppa sedang ada beberapa urusan yang harus di urus saan ini juga.

Ku ambi smartphoneku, dan ku tulis beberapa kata.

 

To : sehunie oppa

Oppa, eodiyeo?
sent!

 

Sepertinya tuhan tidak mengabulkan doaku kali ini. Satu demi satu rintikan air mulai berjatuhan di permukan bumi. Walaupun tidak terlalu deras, tapi aku dapat merasakan kepalakuu sedit basah karenanya. Aku tak membawa payung atau apapun yang dapat melindungiku dari hujan. Hanya sebuah cardigan tipis yang menjadi pelindungku saat ini.

Ku lirik sesekali ponselku, barangkali ada sebuah pesan balasan darinya. Tapi, nihil. Hanya sebuah pemberitahuan bahwa pesan itu telah terkirim. Sekolah pun sudah menunjukan kesunyiannya, hanya tinggal beberapa siswa yang melintas di hadapanku, dimana dirimu oppa?

Sebuah suara kendaraan-motor- yang tedengar sangat nyaring menyadarkan telingaku, walaupun bukan dalam jarak dekat tapi aku dapat mengenali suara kendaraan tersebut. Dari jarak yang tidak begitu jauh aku dapat melihat siapa yang berada di atas motor itu, sesaat air mataku tiba-tiba menetes seiring dengan derasnya hujan yang melanda saat ini.

Masih tetap berada dibawah pohon ini, yang lama-kelamaan tidak bisa melindungiku dari hujan. Mengapa kau terlalu bodoh kim soojin? Benakku.

Tapi tuhan berkehendak lain, yang membuatku merasakan sakit untuk kedua kalinya pada waktu yang bersamaan. Dua orang yang berada di kendaraan tadi, yang sama sekali tak ingin kulihat wujudnya sudah berada tepat dihadapanku.

“soojin-ssi, sedang menunggu siapa? Ini ku pinjamkan payung untukmu” tawarnya dari atas motor tadi seraya menyerahkan sebuah benda panjang ke arahku.

“ anio minji eonni. Gomawo, apakah kau tidak menggunakannya” tanyaku basa-basi dan tanganku sedikit ragu menerima bantuannya walaupun pada akhirnya aku menerimanya. Sambil mengelap kecil jejak tangisanku tadi, dari ekor mataku aku dapat melihat sehun oppa sedang memperhatikanku. Tapi sedikitpun aku tidak melihat kearahnya. Mengapa minji eonnie sangat baik? Sedangkan aku?

“cheonma soojin-ssi. Anio, aku sudah mengenakan mantel hujan milik sehun oppa. Kalau begitu kami pamit sebelum bertambah deras, annyeong soojin-ssi” pamitnya.

Aku hanya membungkuk kecil, suara nyaring tadi kembali terdengar seraya motor tadi melesat menjauh dari tempatku saat ini. Segera ku langkahkan kakiku berjalan mencari taxi yang dapat mengantarkanku pulang dengan payung yang sudah ku genggam erat di tangan kananku. Karena kalau semakin lama aku berada di bawah pohon tadi, aku semakin terlihat seperti orang bodoh. Mengunggu tanpa kepastian sama sekali.

Tapi kau tak berhak marah atau kecewa sama sekali sojin. Posisimu memang dengan mudah terancam seperti saat ini, karena kau yang kedua, kau akan terlupakan pada saat apapun. Kau seharusnya sadar, benakku.

 

***

 

Sehun side-

Setelah menyelesaikan beberapa urusan dengan guru sejarahku aku segera berjalan menuju parkiran tempat dimana motorku berada. Pasti soojin sudah menungguku, benakku. Aku baru saja memasuki lahan parkiran, dari kejauhan aku melihat seseorang berdiri di samping motorku. Seperti seseorang yang sedang menunggu? Akankah orang itu menungguku?
semakin dekat dengan tempat dimana motorku di parkir, aku dapat melihat jelas siapa orang yang berdiri di samping motorku. Degh! Minji. Apa yang akan ia lakukan? Pikirku. Aku dapat melihat senyumnya mengambang saat pandangan kami bertamu.

Ia berjalan kearahku. Lalu menggandeng tanganku.

“chagi, apa yang kau lakukan? Bukankah kau sekarang seharusnya melatih softball?”tanyaku panik.

“anio oppa, tiba-tiba saja pelatih joon membatalkannya ada sebuah urusan mendadak katanya. Oppa, antarkan aku pulang ya? Jelas minji. Seketika raut mukaku panik, aku menggaruk kepalaku yang sama sekali tidak gatal.

“ohgeurae, ne kajja” jawabku ragu. Aigoo, otteokhae? Bagaimana dengan soojin? Pasti aku melikai hatinya lagi hari ini, mianhae soojin-ah.

“oppa palli. Sudah mau hujan” ajak minji lagi. Segera ku buka bagasi motorku yang di dalamnya terdapat dua pasang mantel hujan yang memang sengaja aku siapkan.

“ ne, kau kenakan mantel ini, sebentar lagi hujan pasti akan deras” perintahku, dan ia dengan sigap menuruti perintahku.

Aku benar-benar bingung saat ini, dan aku juga tidak sempat memberinya kabar lewat pesan.

Segera ku lajukan motorku dengan kecepatan sedang. Saat aku ingin keluar dari sekolahku, dari jarak beberapa meter aku dapat melihat soojin sedang menungguku di bawah pohon besar itu. ia kehujanan, mianhae.

“ oppa itu bukannya soojin? Yang satu klub dengan kita?” tanya minji tiba-tiba.

“n..e, sepertinya” jawabku gugup.

“oppa bisakah kau berhenti sejenak? Aku akan meminjamkan payung yang aku bawa, kasihan sekali”
“ah ne”

 

Segera ku hentikan laju motorku, tepat di depannya. Aku dapat melihat raut kekecewaan dari wajah soojin, setelah minji memberikan payungnya untuk soojin, aku lengsung melanjutkan perjalanan yang tadi sempat terhenti.

Mianhae soojin-ya

 

***

 

Soojin side_

Aku baru saja menginjakan kakiku di depan rumahku. Baru saja aku menutup pintu, eomma tampak sedang memperhatikanku dari arah dapur dengan seksama, ia tidak bertanya apa-apa tentang kondisiku saat ini yang terlihat pasti sangat kacau. Eomma sangat mengerti sifatku, sehingga ia tidak memaksaku untuk menceritakan permasalahan pribadiku, yang saat ini aku alami.

Eomma sangat mengerti perasaanku, bagaimana tidak, ia telah mengasuhku kurang lebih 17 tahun. Tadi ia hanya mengucapkan “jika kau sudah siap untuk bercerita, eomma kapan saja siap mendengar ceritamu” dan “jangan lupa makan”. Ya~ hanya seperti itu dan aku hanya menjawabnya dengan mengangguk. Aku sangat menyayangimu eomma.

Dengan tertunduk lemas aku langsung berjalan menuju kamarku, dalam keadaan basahkuyup seperti ini tubuhku lebih terasa berat di bandingkan biasanya. Ditambah beberapa persoalan di dalam hati dan kepalaku menambah tubuhku terasa lebih-lebih berat. Air mataku-pun sedari tadi tak berhenti mengalir. Entah apa yang aku rasakan sekarang. Sedih, kecewa , merasa menjadiwanita yang paling bodoh, entahlah.

Hanya meletakan tas di atastempat tidur, aku langsung masuk ke kamar mandi untuk membersihkan diriku dan berendam sebentar di dalam air hangat, mungkin akan membuat diriku rebih rileks.

Dari dalam kamar mandi, aku dapat mendengar suara ponselku terus berdering, aku hanya mendiamkannya. Tak ada niatan sama sekali untukku menggubris panggilan maupun pesan yang masuk ke kponselku. Mungkin itu hanya seseorang yang hanya ingin membuat perasaanku semakin kacau, pikirku.

Hanya 20 menit. Setelah merasa bosan aku keluar dari bathup, dan membilas tubuhku di bawah shower yang mengalir dengan deras.

Aku keluar dari ruangan tadi lalu segera berpakaian. Langsung ku masukan tubuhku dalam selimut tebal berwarna peach yang senada dengan bajuku saat ini. Baru saja ingin memejamkan mata, ponselku kembali berdering. Kali ini sebuah pesan.

 

From : sehunie oppa

Soojin-ah, jebal angkat panggilanku. Atau paling tidak, jebal balas pesanku. Jangan membuatku mengkhawatirkanmu.

 

Ck! Masih bisakah kau mengkhawatirkan-ku oppa? Palingan hanya bualanmu semata. Dalam hatiku yang paling dalam tak ada sama sekali keinginanku untuk membalas maupun mengangkat panggilannya. Ternyata ada 13 panggilan tak terjawab dan 8 pesan masuk. Setelah mencabut batrai poselku, ku masukanbenda tadi di laci kecil disamping tempat tidurku. Aku sedikit melirik jam yang bergantung di dinding depanku, pukul 8 malam. Sudah dari jam 7 tadi aku mencoba memejamkan mata dengan sekuat hati, tetapi hasilnya? Nihil. Mataku seakan tak mau untuk menutup kelopaknya, dan selama satu jam itupun aku hanya melamun, entah apa yang aku lamunkan. Seakan semua pikiran yang ada di dalam otakku hilang di telan bumi. Baru saja aku ingin mencoba memejamkan mataku lagi, terdengar suara ketukan dari pintu kamarku.

Tok..tok..tok..

“masuk” jawabku.

Dari sudut mataku aku dapat melihat eomma terseyum sambil berjalan ke arahku, ia menghampiriku. Aku mengubah posisiku menjadi terduduk, eomma sedikit mengusap puncak kepalaku.

“waeyo eomma?” tanyaku.

“ne itu, ada temanmu di taman belakang, dia bilang namanya oh sehun. Kau mengenalnya jinnie-ya? Cepat temui kalau begitu” jantungku seakan berhenti berdetak saat eomma menyebutkan namanya. Untuk apa sehun oppa menemuiku malam ini?

“ne, aku mengenalnya eomma. Dan aku malas menemuinya. Tolong eomma katakan saja padanya kalau aku sudah tidur, jebal” mohonku. Ku lihat eomma terkejut mendengar penuturanku barusan.

“ wae kau tak mau menemuinya? Kau sedang ada masalah dengan namja itu? apa eomma pernah mengajarimu untuk menjadi seorang pengecut soojin-ah? Apa eomma pernah mengajari mu untuk lari dari masalah? Eomma tak pernah mengajarimu berbohong bukan?” aku meggeleng, berkali-kali aku menggeleng. Kulihat eomma menghela nafasnya berkali-kali.

“cepat kau temui dia, dan segera selesaikan masalahmu dengannya. Bukankah kalau permasalahan di selesaikan dengan cepat akan lebih baik? Nanti kau pasti menjadi lebih tenang” tutur eomma. Yang eomma katakan memang sangat benar. Tapi apakah aku kuat melihatnya saat ini?

“ne eomma, akan kucoba. Saranghae” aku memeluk eomma, eomma membalas pelukanku tak kalah erat.

Aku langsung turun dari ranjangku, lalu ku pijakan anak tangga satu demi satu dengan pasti. Ku lihat dari pintu belakang rumahku, seorang namja dengan jaket kulitnya tengah menungguku di atas ayunan yang sama sekali tidak bergoyang.

Dengan ragu aku berjalan mendekatinya, ia belum sadar kalau aku tengah berjalan mendektinya.

 

“ sehun oppa, waeyo?” tanyaku dari arah belakang.

Sehun oppa tersenyum sembari bangkit dari duduknya. ia mendekapku dalam pelukannya.

“soojin-ya gwaenchana? Mianhae, jeongmal mianhae” ucapnya berbisik di telingaku. Entah apa yang aku pikirkan, aku langsung membalas pelukannya. Seketika tubuhku lemas dalam pelukannya. Satu demi satu air mataku turun membasahi pipiku dan membentuk aliran sungai yang semakin deras. Aku belum menjawab ucapannya tadi.

Cukup lama kami berada dalam posisi seperti ini, tangisanku sudah mereda, hanya sesekali aku sesenggukan.

Sehun oppa mengajaku untuk duduk di ayunan yang ada di hadapan kami. Setelah aku dan dia sudah duduk, sehun oppa kembali menariku untuk lebih dekat dengannya, ia meletakan kepalaku di dada bidangnya, tangan kirinya ia gunakan untuk memeluku lalu menyingkirkan anak rambut yang menutupi wajahku yang masih basah. Tangan kananya tak lupa menggenggam erat jemariku.

“soojin-ah?”

“hem” jawabku tak berani memandangnya, masih terpaku pada dedaunan yang bergoyang karena angin malam.

“ sudah lebih baik? Mianhae untuk yang tadi. Aku sama sekali tak sengaja untuk itu. Tadi tiba-tiba saja minji sudah menungguku di parkiran dan ia mengatakan bahwa ia tidak jadi untuk melatih softball karena pelatih joon membatalkannya, lalu ia memintaku untuk mengantarnya pulang, aku benar-benar bingung. Maafkan aku sayang, aku sungguh tak bermaksud untuk– ”

Ku potong ucapnya, dengan penuh perjuangan ku beranikan diriku untuk menatap manik matanya.

“apakah oppa tidak bisa mengatakakan kalau oppa telah ada janji dengan seseorang? Apakah oppa tak tau sudah berapa lama aku menunggumu dibawah hujan yang semakin deras? Apakah aku sama sekali tak berarti dimatamu oppa? Apakah aku– ”

Chu~!

Ia mengecup bibirku, my first kiss. Tanpa melumat, hanya mengecup. Ia membuat jantungku benar-benar berhenti sekarang. Setelah ucapakku berhenti , ia malapaskan pautannya dariku dan kembali memeluku dengan erat. Bahkan lebih erat dari sebelumnya.

“ sshtt, uljimayo, berhenti menangis chagi, dan jangan kau mengucapkan kalimat tadi, kau sangat berarti untukku. Aku sangat mencintaimu, mana mungkin kau tak ada artinya untukku. Tapi coba kau bayangkan posisiku tadi sayang, aku benar-benar bingung”

Ia menghela nafas, ia mengangat wajahku dengan kedua tangannya untuk menatapnya. Sesekali ia menghapus jejak tangisku dengan ujung jarinya.

“mianhae soojin-ah. Jeongmal mianhae. Kau mau memaafkanku? Jangan berhenti menungguku, kita perjuangkan cinta kita. Secepatnya aku akan memutuskan minji, untukmu” aku merasa menjadi wanita paling jahat sedunia saat mendengar sehun oppa akan memutuskan minji eonni demi aku. Tapi demi tuhan aku tak munafik bahwa aku juga ingin memiliki sehun oppa sutuhnya, tanpa harus menjadikan aku yang kedua. Aku sama sekali tak menjawab kalimatnya, aku memeluknya lagi.

Ia membalas pelukanku.

“aku sangat mencintaimu oppa” ucapku sedikit berbisik.

“ne, aku juga sangat mencintaimu. Jangan menangis lagi sayang”

Aku tersenyum kearahnya. Ia juga membalas senyumanku. Kulatakan kelapaku di pundaknya, melihat rahang sempurnanya dari arah mataku.

“kau merebut first kissku oppa” ucapku sedikir merajuk.

“jinjja?Whoa gomawo” ucapnya kembali menyingkirkan anak ramut yang menutupi keningku. Ia menempelkan punggung tangannya di atas keningku. Ia tampak kaget.

“chagiya, badanmu panas. Sepertinya kau demam sayang ” ia melepaskan jaketnya lalu memakaikannya pada tubuhku, terlihat sangat kebesaran. Tetapi hangat.

“gwaenchana oppa, mungkin setelah aku tidur nanti, besoknya akan lebih baik” ucapku meyakinkanya.

“ ani. Kau sakit soojin-ah. Pasti ini karena tadi kau menungguku saat hujan kan? Lebih baik kita masuk ne? Kau akan semakin sakit kalau disini. Di sini dingin sayang” cetusnya lagi. Aku hanya tersenyum atas perhatiannya.

“anio oppa, jebal aku ingin disini. Aku ingin melihat bintang dari sini, bersamamu”
“kau keras kepala sekali soojin-ah. Tunggu sebentar aku akan mengambilkan air hangat untuk mengompresmu, ne?” sehun oppa terlihat sangat mengkhawatirkanku.

“ ne, kau minta saja dengan bibi kwon oppa. Ia ada di dapur, jangan lama-lama ne?” tanyaku.

“ ne ” jawabnya lalu berlari kecil menjuju dapur.

Untung saja hujannya sudah tidak lagi turun sejak beberapa jam lalu, jadi dari atas ayunan aku dapat melihat beberapa bintang yang mengaluarkan cahaya indahnya. Suara derap langkah seseorang semakin terdengar jelas, dan seorang namja tiba dengan membawa sebuah wadah bulat yang lumayan besar dan sebuah handuk kecil.

“chagi, rebahkan kepalamu di sini. Aku akan mengompresmu” kurebahkan kepalaku diatas pangkuannya, dengan sigap ia meletakan handuk hangat tadi diatas keningku.

Aku tersenyum kembali, kedua tangannya ia gunakan untuk menggengam kedua jemariku kuat.

“sayang disini dingin, kita masuk ne?” tawarnya sekali lagi.

“andwe oppa. Jebal, aku mau disini saja. Kau terus genggam tanganku maka aku akan merasa hangat oppa” jawabku memohon padanya. Aku benar-benar ingin merasakan suasana malamku hari ini bersamanya. Jarang sekali aku dan sehun oppa dapat berbagi kehangatan seperti malam ini.

“ne chagi. Kau benar-benar keras kepala. Hh~ bagaimana bisa aku bisa mencintai gadis keras kepala sepertimu huh?” aku merubah mimik wajahku seakan kecewa. Tetapi sungguh kalimat yang tadi ia ucapkan langsung menghujam dasar hatiku yang paling dalam.

“kau menyesal oppa? Baiklah kalau begitu kita sudahi hubungan kita yang sama sekali tidak memiliki setatus ini” ucapku sambil memberikan penekanan pada akhir kalimat yang aku ucapkan. Baru saja aku ingin bangkit dan meninggalkannya lalu masuk kekamarku. Ia menarik lenganku keras, hingga aku terduduk diatas pangkuannya, di atas ayunan tadi.

“aigoo, apakah wanita yang sedang demam akan lebih sensitif? Sayang, aku hanya bercanda tadi” rayunya.

“ ne, aku memang sensitif. Kau tak suka oppa?”
“aku suka sayang. Semua yang ada di dirimu aku suka asalkan tak berlebihan. Dan tolong jangan membahas soal setatus. Karena sebentar lagi aku akan memberikanmu sebuah setatus, pegang janjiku” aku memeluknya. Menenggelamkan wajahku di lekukan lehernya, wangi khas tubuh sehun oppa sangat dapat tercium dari posisiku sekarang.

“ne oppa, aku memegang janjimu” jawabku.

“oppa?”tanyaku memecah keheningan malam.

“ada apa sayang?” tananya tanpa menatapku. Ia masih sama sepertiku sedang memperhatikan indahnya langit malam.

“oppa, jebal jadikan aku yang kedua. Aku sangat mencintaimu oppa”

“aku juga mencintaimu sayang, tapi apa kau yakin soojin-ah?”

“yakin”

“ne, baiklah kalau begitu. Aku berjanji akan menjadikanmu sebagai yeojaku satu-satunya sayang. Tunggu aku ne?”

“ne oppa” kami kembali berpelukan.

 

Kami terpaku cukup lama pada posisi seperti ini. Aku masih berada di pangkuannya. Aku menarik lengan kanannya, dan melihat benda yang ia pakai di pergelangan tangan kanannya. Pukul 21.26 KST.

“oppa, sudah malam. Kau tak ingin pulang? Eommanim pasti sudah menunggumu dirumah. Lagi pula kan besok kita sekolah sehunie oppa” tuturku. Sehun oppa juga melihat jam tangan yang ia katakan.

“kau mengusirku yeojaku? Apakah kau tidak merindukanku jinnie-ya?”

“aigoo~ mengapa kau menjadi sensitif juga oppa? Tentu saja aku juga merindukanmu. Tapi besok kita bertemu lagi oppa”
“hehe ne, aku sensitif karenamu. Hm, baiklah aku pulang ne? Kau langsung istirahat dan jangan lupa minta obat penurun panas dengan eommamu ne?” aku bangkit dari pangkuannya, begitu pula dengannya. Aku memeluknya lagi sebelum ia pulang.

“hemm~ aku masih ingin bersamamu oppa. Ne, aku akan langsung istirahat. Hati-tati di jalan ne oppa?”
“ne chaiya, nan neomu saranghaeyo” bisiknya.

“nado saranghaeyo oppa-ya” ucapku. Ia megecup puncak kepalaku sembari mengacak kecil poniku.

Aku melambaikan tanganku saat ia berjalan menuju temat ia memarkir-kan motornya. Belum sempat ia menjauh dari posisiku sekarang. Aku memanggilnya kembali, terlihat ia menghentikan langkahnya mendadak.

“ sehun oppa” aku berlari kearahnya. Aku memeluknya kembali. Ia merespone pelukaanku.

“waeyo chagi? Masih merindukanku hem?”

Aku melepaskan pelukannya. Sedikit berbisik.

“saranghae” upapku. Kuberanikan diriku untuk mengecup pipi kannanya singkat.

Chup~

Setelah itu aku berlari menjauh darinya, aku berlari menuju pintu rumah belakangku. Ku lihat dari tempatku berdiri sekarang ia tersenyum kearahku. Aku melambaikan tanganku lagi. Lalu ia benar-benar tidak kelihatan lagi dari arah mataku saat ini.

Mungkin sulit untukku menjadi seseorang yang kedua dihatinya, tapi akan kucoba.

 

***

 

Soojin side-

Tidak ada perubahan yang begitu signifikan dalam hubungan kami, sudah hampir setahun setelah kejadian malam itu aku bersetatus sebagai kekasih nya, kekasih ke-dua-nya sebenarnya. Ia tak kunjung juga memutuskan minji eonni sesuai dengan janjinya denganku malam itu. Kami masih bersembunyi saat bertemu di kebun belakang sekolah, masih mencuri pandang saat bertemu, masih bertemu diam-diam di luar sekolah demi memuaskan hasrat rindu antara kami berdua, benar-benar tidak ada yang berubah dalam hubungan kami. Kehangatan cinta yang sehun oppa berikan maupun yang aku berikan masih sama seperti yang dulu. Aku masih mencintai sehun oppa, tak ada yang berubah dengan perasaanku dari dulu hingga sekarang terhadapnya. Tetapi ada sedikit yang mengganjal di hatiku sebenarnya, seakan aku tak kuat lagi untuk menunggunya. Mungkinkah aku lelah? Menuggunya?

Andwe! Aku tak boleh lelah menunggunya, kau harus mempertahankan sehun oppa kim soojin.

Tapi aku benar-benar lelah jika harus seperti ini, keluhku lagi dalam hati. Aku kembali termenung akan setatusku saat ini di bawah pohon yang rindang, seorang diri.

 

To : sehunie oppa

Oppa eodiyeo? Cepat temui aku ditaman belakang. Ada sesuatu yang ingin aku bicarakan.

 

Sepertinya aku harus menanyakannya langsung dengan sehun oppa, dari pada kupendam kegelisahanku seorang diri lebih baik kubagi dengan sehun oppa. Barangkali ada sebuah pencerahan apabila kami saling shareing satu sama lain. Tak lama benda yang ku genggam mengeluarkan getaran kecil tapi menggelitik telapak tanganku.

 

From : sehunie oppa

Aku sedang bersama minji di kantin, tunggu 10 menit lagi ne? Setelah minji selesai makan

aku akan segera kesana chagi. Saranghae..

 

Hah.. benar saja, lagi-lagi minji eonni. Aku juga seorang wanita normal yang memiliki batas kesabaran maksimum. Aku lelah jika harus di nomor duakan olehnya. Memang benar aku yang kedua dalam hubugan sehun dan minji. Tapi tak bisakah sekali saja aku dijadikan prioritas utama oleh sehun oppa. Minji lagi minji lagi, sangat bosan aku mendengar nama minji eonnie.

Walaupun ini resiko yang harus aku terima dalam hubungan ini, tetapi intinya aku lelah. Aku tak lagi membalas pesanya, kupasang earphone di telingaku, menunggunya 10 menit saja pasti sudah membuatku bosan. Ku pejamkan mataku menikati alunan lagu yang sekarang terdengar jelas di telingaku. Ditambah semilir angin yang berlalu-lalang semakin menambah kesan nyaman.

Mataku tiba-tiba terbuka sesaat sebuah tangan sudah mengusap puncak kepalaku.

“ sayang mianhae, kau sudah lama menunggu hm?” Sehun oppa mendudukan dirinya tepat di sampingku, dengan sebal aku melirik kearahnya.

“ne, sangat lama.” Bohongku. Padahal tidak terlalu lama aku menunggunya.

“ hm baiklah, maafkan aku ne?”

“kau tak lelah terus meminta maaf padaku oppa? Tak ada kata lainkah yang dapat kau ucapkan selain meminta maaf?” aku menghela nafas. Awalnya aku tidak memprediksikan akan se-emosi ini, tapi mengapa setelah melihat wajahnya aura emosi semakin terasa.

“hei- chagi, mengapa kau menjadi emosi seperti ini? Apakah aku membuatmu menunggu terlalu lama sehingga kau se-emosi ini? Seingatku aku hanya telat sekitar 10 menit, mianhae soojin sayang” ia merengkuhku dalam pelukannya, ku senderkan kepalaku dalam bahunya.

“ne, aku lelah menunggumu. Aku lelah selalu menjadi yang kedua, aku lelah” ucapku penuh dengan penekanan dalam setiap kalimat yang aku ucapkan.

“soojin-ah, sebenarnya ada apa denganmu? Mengapa ucapanmu semakin melantur tak menentu? Tenang dulu soojin-ah. Sebenarnya apa yang ingin kau bicarakan padaku hm? Katamu penting” sehun opppa berusaha untuk menenangkanku. Untung saja aku tidak menangis, sudah kutahan air mataku untuk tak mendesak minta dikeluarkan.

“kapan kau mau memutuskan minji eonni oppa? Ini sudah berselang hampir setahun setelah janjimu malam itu?” ucapku to the point lirih. Ia menghela nafas sesaat aku mengucapkan kalimat tapi. Sepertinya ia terkejut.

“secepatnya soojin-ah. Aku belum menemukan moment yang tepat untuk itu sayang. Kuharap kau tidak lelah untuk itu dan tolong mengerti perasaan maupun posisiku sekarang.

“huh? Kau bilang aku harus mengerti perasaan dan posisimu? Memang pernah aku tidak mengerti kondisimu? Aku sudah sangat lelah untuk itu” ucapku tanpa jeda. Tangan sehun oppa sudah mengepal kuat.

“sudahlah oppa, sepertinya hubungan ini memang sudah tidak bisa dilanjutkan lagi. Lebih baik beberapa hari ini kita tidak saling bertemu dulu. Lebih baik kita saling mengintrospeksi diri masing masing terlebih dahulu agar menemukan titik terang, maaf untuk keegoisanku”

Airmatau turun saat kalimat terakhir kuucapkan. Aku berlari meninggalkannya dari tempat tadi. Aku berharap ia mengejarku dan memelukku seperti yang sering aku lihat di drama yang kutonton. Ku pelankan langkahku, berharap keinginanku terkabul. Tertapi tuhan berkata lain, aku melihat sehun oppa asih terpaku di tempatnya yang tadi, ia tak bergeming sama sekali.

Sepertinya keputusanku tadi benar, kami harus berkacapada diri masing-masing agar dapat keputusan yang paling tepat dari masalah ini

 

***

 

Soojin side-

Benar saja, selama seminggu aku tidak berkomunikasi dengannya terlebih bertemu. Sebisa mungkin aku menghindarinya dalam segala situasi maupun kondisi. Ia mengirimiku pesan maupun menghubungiku lewat telepon, tapi aku sama sekali tidak merespone pesan maupun panggilannya. Sempat beberapa hari yang lalu ia datang kerumah dan menemui eommaku untuk menanyakan keberadaanku, tapi berkat permohonanku yang penuh dengan perjuangan, eomma mau membantuku bersekongkol dan mengatakan kalau aku sedang pergi bersama appa karena sebuah urusan.

Dan selama seminggu itu, setiap malam aku merenungkan hal apa yang paling tepat yang akan kulakukan untuk hubungan kami. Dan keputusanku sudah bulat sekarang, aku akan menyampaikan keputusanku dengan sehun oppa. Semoga keputusanku tidak akan membuatku menyesal pada akhirnya. semoga tuhan merestui keputusanku saat ini.

Mungkin hari ini akan menjadi hari minggu kelabu untukku. Aku akan mengajak sehun oppa bertemu sore ini, ya hari ini.

 

To : sehunie oppa

Oppa, bisakah kau menemuiku sore ini di taman kota dekat rumahku? Kutunggu 30 menit dari sekarang ne.

 

Tak lama pesan balasannya tampil di layar ponselku.

 

From : sehunie oppa

Akhirnya kau membalas pesanku soojin-ah. Aku benar-benar mengkhawatirkanmu. Ne,

Sebentar lagi aku akan menjemputmu sayang. Saranghae

 

Dengan cepatku balas pesannya.

 

To : sehunnie oppa

Kau tak usah menjempuku oppa. Kita langsung bertemu saja di sana. Gomawo kau masih

mengkhawatirkanku. Nado oppa.

 

Setelah membalas pesannya, kemudian aku langsung bersiap menuju tempat yang tadi sudah kami sepakati. Aku sengata untuk menolaknya saat ia ingin menjemputku, aku takut saat melihat wajahnya kaputusanku yang sudah kupikirkan masak-masak akan goyah hanya karena aku melihat senyuman yang ia berikan untukku.

Taman ini tidak begitu ramai hari ini, tumben sekali. Aku memilih duduk di salah satu bangku di bawah pohon yang aku tak ketahui namanya.

Tak lama setelah aku datang, seseorang yang aku tunggupun menampakan batang hidungnya.

Ia merentangkan tangannya saat ia sudah berdiri dihadapanku. Tanpa ragu aku menyambut pelukannya.

“soojin-ah jeongmal bogoshiposo. Jangan membuatku khawatir lagi sayang” aku mendekapnya kuat, sekan tak mau pisah. Mungkin ini akan menjadi pelukan kami yang terakhir kalinya.
“mianhae oppa membuatmu khawatir. Aku juga sangat merindukanmu sehun oppa”

Aku melepaskan pelukannya, lalu mengajaknya duduk di bangku tadi. Tangannya tak lepas untuk menggenggam jemariku. Akupun tak menolak genggaman yang sangat aku rindukan.

“oppa?” Panggilku. Ia arahkan pandangannya kearahku, kami saling menatap.

“ne chagi? Apa yang ingin kau katakan hm?”. aku mnarik nafas sedalam-dalamnya sebelum ku ucapkan kalimat yang mungkin akan menyakitkan diri sendiri.

“aku sudah memikirkan dengan matang keputusanku ini” kulihat ia menatapku lebih dalam, aku dapat merasakan sorot mata yang ia pancarkan melambangkan sebuah kekhawatiran.

“sepertinya hubungan kita tidak bisa di teruskan” aku meletakkan jari telunjukku tepat di depan bibirya, sebelu ia mengeluarkan kamimatnya dan memotong ucapanku.

“lebih baik sampai disini saja. Agar tak ada yang merasa tersakiti maupun dirugikan dalam hubungan ini. Terlebih minji eonni, kau tampak masih sangat mencintai minnji eonni, oppa. Aku sudah tidak sanggup untuk menjalani ini semua oppa, maafkan aku karena tidak bisa mempertahankannya. Setahun sudah membuatku lelah oppa. Jangan berfikir bahwa aku sudah tidak mencintaimu oppa. Salah besar kalau kau berfikir seperti itu, aku sangat mencintaimu oppa” air mataku tak dapat diajak kompromi lagi, sekarang ia sudah terjun bebas membasahi pipiku.

“soojin-ah ku harap kau tak serius mengucapkan itu. aku sangat mencintaimu, jebal jangan sperti itu” ia mengganggam tanganku semakin kuat.

“keputusanku sudah bulat oppa. Dengarkan aku, kau harus menjaga minji eonni lebih baik lagi ne? Jangan kau sakiti lagi minji eonni seperti saat ini. Aku berharap oppa dengn minji eonni dapat menjalin hunbungan lebih baik lagi”

Ku beranikan memeluk sehun oppa. Ia tak membalas pelikanku entah mengapa. Mungkin ini kecewa. Tapi mau bagaimana lagi, ini pasti yang terbaik.

“terimakasih atas semua yang engkau berikan oppa, aku dapat merasakan pembelajaran bagaimana cara nenyayangi seseorang tulus. Izinkan aku menucapkan satu kalimat untuk terakhir kalinya. Saranghae sehun oppa, yeongwonhi. Kau harus berjanji akan hidup lebih bail lagi setelah ini. Saranghae oppa. Chup! Aku mengecup sekilas pipi kananya sebelum aku benar-benar meninggalkannya. Aku berlari meninggalkanya denganair mata yang terus meluncur bebas di wajahku.

 

FIN-

 

Wanita memiliki sebuah perasaan yang tersembunyi yang terkadang pria tidak bisa memahami itu. katika kata ‘lelah’ sudah terucap dalam sebuah hubungan, berhati-hati dengan apa yang terjadi setelahnya. ‘Setatus’ hanya sebuah kalimat biasa yang tidak memiliki sebuah arti khusus, tetai dalam sebuah hubungan ‘setatus’ akan memiliki arti yang sangat penting. Janganlah memberikan wanita sebuah janji yang belum tentu kaum lelaki dapat menepati janjinya. Karena wanita memiliki pandangan lebih dari sebuah janji yang telah mereka terima.

 

 

Annyeong,

 

mey

4 thoughts on “[Freelance] Second Heart – Oneshoot

  1. Untukx si soojin sadar..hrsx dri dlu2 dia kya gtu

  2. Kasihan soojin nya T_T sabar ya soojin
    Keren (y) tapi aku kok kurang ngefeel ya?? Cuma sebagai saran aja.. terus buat ff yang lebih baik lagi thor..

Leave a reply to Riniatikaa Cancel reply