EXO Fanfiction Dorm

EXO as the Main Cast

Absurd Confession

Leave a comment

tumblr_n0xd4ilNTb1sigyhno1_500

Absurd Confession

Luhana120

Oh Sehun, Anne (OC)

Fluff fail, Romance fail, Comedy absurd | Ficlet (807 words)

Teen

Sorry for typo(s) and mainstream idea. My brain’s volume is very big like a plankton.

.

Aku terlalu banyak memikirkanmu dan… I love you,”

.

Aku sudah gila.

Demi gadis yang membuatku tergila-gila ini aku rela bertingkah hal konyol macam ini. Jika saja Ibu melihatku seperti ini, Ibu pasti akan memberiku guyuran air penuh cinta serta kasih sayang di kamar mandi rumahku yang selalu membuat air di bak mandinya menjadi sedingin es.

Dan juga percayalah padaku, jika kau juga melihatnya, seketika kau akan bertingkah seperti ibuku.

Oke, kembali pada tujuanku bertingkah aneh.

Aku, Oh Sehun, adalah lelaki yang sangat tampan—Hoho, itu tentu saja, semua orang di penjuru bumi ini tahu termasuk kau yang ingin menjitakku karena kalimat ini. Ya kau, yang sedang membaca—, pemain basket terbaik—yang tentunya membuatku semakin keren dimata gadis manapun—, cerdas, dan juga idaman semua gadis, itu yang terpenting.

Dan masalahku saat ini adalah, aku mencintai gadis yang sungguh-sungguh membuatku gugup luar binasa. Anne, gadis yang biasa saja dimata orang lain, tetapi juga sangat biasa dimataku. Meski dia biasa, aku menyukainya. She’s a super simple girl. Really. Dia tak memperdulikan penampilannya. Dan juga, dia adalah atlet Taekwondo. Kau tahu alas an aku menyukainya? Jika kau mendengarnya, kurasa kau akan menamparku sekeras mungkin.

Aku jatuh cinta padanya karena satu tahun yang lalu, dia terpeleset di depanku, dengan, ehem, rok yang tersingkap. Ahaha, celana dalam yang penuh kenangan. Oke, oke, berhenti mengumpat padaku. Pada saat itu, yah, setiap aku bertemu dengannya, aku ingin sekali membullynya dan membuatnya kesal. Tapi apa daya, aku pernah dibanting olehnya dan membuatku malu setengah mati. Juga, setiap aku bertemu dengannya, terus mengejeknya, dan, yah, seperti pada cerita romantis lainnya, aku jatuh cinta. Meski aku berhasil membuatnya kesal, aku sendiri juga kesal. Kesal karena saat itu, senyumannya yang pernah ia perlihatkan padaku tak mau menghilang. Sungguh sial.

Dan, kuulangi lagi. Aku sekarang sedang gugup karena bertingkah sangat konyol. Aku memakai kostum beruang layaknya beruang yang ada di taman bermain serta membawa sebuah balon merah berbentuk hati. Sialan, aku seperti anak yang jatuh cinta saat taman kanak-kanak.

Aku menyodorkan balon itu seraya menatapnya dari dalam kostum yang sungguh seperti membuatku terbakar.

“Untukku?”

Aku mengangguk kecil. Gadis itu menerimanya. Jantungku serasa ingin meledak. Ia terdiam dengan mata datarnya yang menatap lurus balon yang dipegangnya.

“A-aku mencintaimu, Anne.”

Dengan keberanian dibawah nol, aku mengungkapkan perasaanku. Oh Tuhan, lancarkanlah perjalanan cinta hambamu yang tampan ini. Aku berdoa agar ia tak tahu siapa aku sebelum aku membuka kepala kostum ini. Little bit surprise, I mean.

“Ini konyol, Oh Sehun.”

Deg

Oke, oke, oke, jantungku sayang, tenang. Tenang. Aku juga tahu ini konyol, dan yang membuat jantungku seperti dilempari granit adalah dia memanggil namaku. Sial, dia sudah tahu duluan. Oh Tuhan, aku semakin panas. Demi apapun, aku ingin memasang AC di dalam kostum ini.

Ditengah-tengah kepanikanku, ia langsung saja melepaskan kepala kostumku, dan menatap wajahku dengan tatapan datarnya. Beberapa detik aku dan Anne terdiam. Dia tetap saja menatapku.

Aku bingung harus berkata apa. Hei, aku bukan seorang playboy, aku tak pandai merayu atau berbicara dengan gadis yang kusukai. Aku tak sama seperti Kai, sahabatku yang gemar berganti pacar tiap dua minggu. Juga aku bersyukur, ia tak akan menggaet Anne. Itupun karena aku mengancamnya. Akan kupatahkan kedua tangan dan kakinya jika ia berani mendekati Anne.

“K-kau tak suka? Baiklah aku bisa per—“

Belum selesai aku berbicara, ia langsung memelukku. “Kau terlalu lamban. Aku lelah menunggumu, bodoh.”

Aku terdiam. Aku tak bisa berkata apapun sekarang. Aku hanya bisa membalas pelukan hangatnya. Ia menungguku? Hei, ini bukan lelucon? Siapapun tolong tampar aku! Buktikan jika ini bukan mimpi! Oke, aku berlebihan.

“Kau menungguku?”

“Apa aku harus menceritakan semuanya?”

Anne melepas pelukannya. Aku yang tetap memasang wajah bodoh menatapnya lurus. Hei, matanya tak datar seperti biasanya. Yang aku lihat sekarang adalah, mata teduh dan ketulusan seorang gadis. Ohoho, aku beruntung.

“Jika kau sudi,”

“Baiklah. Jujur saja, waktu aku terpeleset dengan rokku yang tersingkap. Dan kau pasti melihatnya. Aku sangat malu, apalagi setiap aku berpapasan denganmu kau selalu mengejekku. Karena kesabaranku habis, akhirnya aku membantingmu. Apa itu sakit?”

“Kau bercanda? Sejak saat itu aku tak bisa duduk dengan tegap dan nyaman selama dua minggu!”

Anne tertawa sejenak. Tawanya saja sangat halus. Membuatku sangat merinding. Kemudian ia melanjutkan ceritanya.

“Aku membantingmu dan sejak saat itu aku khawatir padamu. Aku selalu memikirkanmu. Apakah kau sakit? Apa kau baik-baik saja setelah aku banting? Dan sialnya, aku terlalu banyak memikirkanmu dan… I love you.”

Sialan! Sial! Sialan!!! Gadis ini berhasil membuat pipi putih mulusku menjadi bersemu merah. Sialan. Juga dia mengatakan kata-kata keramat itu dengan enteng dan santainya. Dia hebat. Dan…

Dia menciumku! Hei!!!!! Hoooooooooooooooo!!!! Oh, oh, oh, sekilas tapi sungguh, membuat darah yang mengalir di seluruh tubuhku berdesir dengan cepat seperti lomba lari marathon. Aku ingin berteriak sekencang mungkin sekarang.

“Aku mencintaimu.”

Ia berbisik ditelingaku. Argh, aku ingin meledak. Keberanianku mulai muncul. Dan aku memeluknya. Juga membalas bisikkannya dengan penuh cinta. Sayangnya…

“Aku suka celana dalammu yang bergambar singa waktu itu.”

Bruak.

…aku dibanting lagi. Oh, punggungku…

Fin

Pembacaku yang budiman… Maapkan Author somplak ini ya, ngilang satu bulan :’v Sumpah, Author udah gatel banget pengen ngepost, tapi laptop baru aja rusak, dan ff author terancam punah. Maapkan yah, Author cuma bisa bawa ficlet absurd ini. Oke cuap-cuapnya. Paipai!

Here We Need Responsibilities. Thanks!